PRAKTIKUM MENGGUNAKAN SPSS
Mata Kuliah
“STATISTIKA BISNIS”
DosenPengampu
Walhidayat S.Kom.,M.Kom
Disusunoleh:
RODIAH
150206008
Program StudiManajemenInformatika
Fakultas TEKNIK
UNIVERSITAS
ISLAM KUANTAN SINGINGI
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan praktikum Statistika Bisnis.
Praktikum ini telah saya susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan praktikum ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan praktikum
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki praktikum ini.
Akhir kata kami berharap
semoga praktikum ini bermanfaat dan dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Teluk Kuantan, 30 Juli 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar......................................................................................................... i
Daftar
Isi.................................................................................................................. ii
Praktikum 1 ValiditasdanReliabilitas
Bab
1 Teori............................................................................................................... 1
Bab
2 LangkahPengujian......................................................................................... 8
Bab
3 Output............................................................................................................ 15
Bab
4 Kesimpulan.................................................................................................... 18
Praktikum
2 Uji Beda t-TES
Bab
1 Teori............................................................................................................... 19
Bab
2 LangkahPengujian......................................................................................... 23
Bab
3 Output........................................................................................................... 30
Bab
4 Kesimpulan.................................................................................................... 31
Praktikum3 KorelasidanRegresi
Bab
1 Teori............................................................................................................... 33
Bab
2 LangkahPengujian......................................................................................... 35
Bab
3 Output............................................................................................................ 39
Bab 4Kesimpulan.................................................................................................... 43
BAB
I
TEORI
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
A. Validitas
(Keshahihan) Data
1. Pengertian
Validitas
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal
dari kata validity yang artinya “sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsiukurnya”.
Suatu skala atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas
rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung disini bahwa ketepatan
validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang
dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran
mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas
tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetap menghasilkan
data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang
memiliki validitas rendah umtuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya
umtuk mengukur validitasnya umtuk mengukur variabel A’ atau B.
Sisi lain dari pengertian validitas
adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya
mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran
yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat
memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai perbedaan
yang satu dengan yang lain.
Menurut Wlizer (1987) validitas adalah tingkatan kesesuaian antara
suatu batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah
dikembangkan.
Menurut Aritonang R. (2007) validitas
adalah suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrumen itu untuk mengukur
atau mengungkap karakteristik dari variabel yang dimaksudkan untuk diukur.
Menurut Masri Singarimbun, validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.
Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan
timbanagan. Timbangan adalah alat pengukur yang validbila dipakai untuk
mengukur berat , karena timbanagn memang mengukur berat.Bila panjang suatu
benda yang ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran adalah
alat yang valid untuk mengukur panjang suatu panjang benda. Tetapi timbangan
bukanlah alat yang valid untuk mengukur panjang benda.
Menurut Suharsimi Arikunto, validitas
adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu
mengukur apa yang diukur.
Menurut Soetarlinah Sukadji, validitas
adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tapi
tergantung penggunaan dan subyeknya.
Instrumen
tersebut dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur
atau mengukur apa yang diinginkan dengan tepat (Supranto,1997). Pengujian
validitas, instrumen diuji dengan menghitung koefisien korelasi antara skor
item dan skor totalnya dalam taraf signifikansi 0,05 dengan rumus Korelasi Product
Moment Pearson. Instrumen bisa dikatakan valid mempunyai nilai r hitung
> r tabel dengan tingkat signifikansi korelasi di bawah α = 0,05 (Santoso
2004) dengan rumus:
2. Jenis-jenis
Validitas
Pembagian
jenis-jenis validitas menurut Ebel (1988)
a. Concurrent
validity
Concurrent
validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antar skor dengan
kinerja.
b. Construct
validity (valididtas konstruk)
Construct
validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa
yang diukur oleh suatu pengukuran serta mendapat evaluasi bahwa suatu konstruk
tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
c. Face
validity (validitas muka)
Face
validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur
sesuatudan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
d. Factorial
validity
Factorial
validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor
yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran prilaku lainnya, dimana
validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
e. Empirical
validity
Empirical
validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan
apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
f. Intrinsic
validity
Intrinsic
validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba
untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu
alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
g. Predictive
validity
Predictive
validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat
ukur dengan kinerja seseorang dimasa mendatang.
h. Content
validity
Content
validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari
suatu populasi.
i.
Curricular validity
Curricular
validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran dan menilai seberapa jauh
pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek
sesuai dengan tujuan instruksional.
j.
Content validity
(validitas isi)
Content
validity adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi
alat ukur dengan analisis rasional.
k. Logical
validitas (validitas logis) / Sampling validity (validitas sampling)
Logikal
validitas adalah validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur
merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur.
B. Reliabilitas
(Reliability)
1. Pengertian
Reliabilitas
Menurut Walizer (1987) reliabilitas
adalah keajegan pengukuran.
Menurut John M. Echols dan Hasan
Shadily (2003) reliabilitas adalah hal yang
dapat dipercaya.
Popham (1995) menyatakan bahwa
reliabilitas adalah “...the degree of which test score are free from error
measurement”.
Menurut Masri Singarimbun
reliabilitas, adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dipercaya ataudapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001) reliabilitas
merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004)
reliabilitas menujukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat
konsistensi dan kemantapan.
Menurut Aiken (1987) sebuah tes
dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun
dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Menurut Feldt dan Brennan (1989)
keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku
pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing
memiliki kelebihan dan keterbatasan. Reliabilitas atau keandalan adalah
konsistensi dan serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut
bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan
memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah
dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas
tidak sama dengan validitas, artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan
mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur secara konsisten, tapi
belum tentu mengukur apa yang diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas
adalah sejauhmana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan
berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Tidak bisa
diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang
berbeda-beda.
Pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik. Berdasarkan sejarah,
reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu kesalahan
baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Edua statistik tersebut memiliki
keterbatasannya masing-masing.
Kesalahan baku pengukuran merupakan
rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor, sedangkan
koefisisen reliabilitas merupakan kuantifikasi relibilitas dengan merangkum
konsistensi (inkonsistensi) diantar beberapa kesalahan pengukuran.
Reliabilitas alat ukur tidak dapat
diketahui dengan pasti tetapi dapat diperkirakan. Dalam mengestimasi
reliabilitas alat ukur alat ukur, ada tiga cara yang digunakan yaitu (1)
pendekatan tes ulang,
(2)
pendekatan dengan tes pararel, dan
(3)
pendekatan satu kali pengukuran.
Pendekatan tes ulang adalah pemberian perangkat tes
yang sama terhadap sekelompok subjek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang
berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan
menghasilkan skor tampak yang relatif sama. Estimasi dengan pendekatan tes
ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien
reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi linear antara distribusi skor subyek pada pemberian tes
pertama dengan skor subyek pada pemberian tes kedua. Pendekatan tes ulang
sangat sesuai untuk mengukur ketrampilan fisik.
Uji
reliabilitas untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukkan
tingkat
ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kosistensi alat dalam mengungkap gejala
tertentu pada waktu yang berbeda. Instrumen dikatakan reliabel jika dapat
digunakan untuk mengukur variabel berulangkali yang menghasilkan data yang sama
atau hanya sedikit bervariasi. Uji reliabilitas untuk menguji konsistensiinstrumen
menggunakan koefisien Alpha Cronbach dan memiliki tingkat kehandalan
yang dapat diterima (reliabel), Nilai koefesien reliabilitas yang terukur ≥ 0,6
(Uma Sekaran, 2000), dengan rumus :
2. Jenis-jenis
Reliabilitas
a. Reliabilitas
stabilitas
Menyangkut
usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap
unit yang diukur setiap anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut
penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan
pada setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat
memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah
sama atau hampir sama.
b. Reliabilitas
Ekivalen
Menyangkut
usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada
waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau
lebih indikator yang berbeda, batasan-batasan operasional, peralatan
pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.
Menguji
reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bisa
menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah.
Cara ini sering dipakai dalam survai. Apabila satu rangkaian pertanyaan yang
mengukur satu variabel dimasukkan dalam suatu kuesioner, maka pertanyaan
tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. (Pengacakan atau
pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah). Hasil masing-masing
bagian pertanyaan diringkas kedalam skor, lalu skor masing-masing bagian
tersebut dibandingkan. Apabila skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas
belah tengah. Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik
pengukuran yang berbeda.
3. Metode
Pengujian Reliabilitas
a. Teknik
Paralel (Paralel Form atau alternate Form)
Teknik paralel disebut juga teknik “double test
double trial”. Sejak awal peneliti harus sudah menyususn dua perangkat
instrument yang paralel (ekuivalen), yaitu dua buah instrumentyang disusun
berdasarkan satu buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrument yang satu
selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrument kedua. Kedua
instrument tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka
hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product
moment (korelasi Pearson).
b. Teknik
Ulang (Test Re-test)
Disebut
juga teknik “single test double trial”. Menggunakan sebuah instrument, namun
dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk
mengetahui besarnya indeks reliabilitas. Teknik perhitungan yang digunakan sama
dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.
Menurut
Saifuddin Azwar, reliabilitas tes-retest adalah seberapa besar derajat skor
test konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas diukur dengan menentukuan
hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama,
pada waktu yang berbeda.
Metode
pengujian reliabilitas stabilitas yang paling umum dipakai adalah mrtodr
prngujian tes kembali (test-retest). Metode test-retest menggunakan ukuran atau
“test” yang sama untuk variabel tertentu pada satu saat pengukuran yang
diulangi lagi pada saat yang lain. Cara lain untuk menunjukkan reliabilitas
stabilitas, bila kita menggunakan survai adalah memasukkan pertanyaan yang sama
di dua bagian yang bebeda dari kuesioner atau wawancara.
Kesulitan
terbesar untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah membuat asumsi bahwa
sifat / variabel yang akan diukur memang benar-benar bersifat stabil sepanjang
waktu. Karena kemungkinan besar tidak ada ukuran yang andal dan shahih yang
tersedia. Satu-satunya faktor yang dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah
pengalaman, teori dan atau/atau putusan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi
ini selau ditantang dan sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar
pijakan yang obyektif.
c. Teknik
Belah Dua (Split Halve Method) atau teknik “single test single trial”
Peneliti
boleh hanya memiliki seperangkat instrument saja dan hanya diujicobakan satu
kali kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh
instrument menjadi dua sama besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa
dengan membelah atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.
Reliabilitas
ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen
suatu tes, yang disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena
reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya,
rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat.
Konsep reliabilitas didasarkan pada
asumsi bahwa dalam tiap pengetesan selalu ada:
X : skor yang kita peroleh dari hasil
pengetesan (skor Tampak)
T : skor yang menggambarkan kapasitas
seseorang yang sesungguhnya (skor Murni)
e
: faktor lain selain kapasitas
yang juga menyumbang terhadap perolehan X yang disebut juga error.
Dan ketiganya terkait satu sama lain
dalam persamaan seperti ini:
X
= T + e
Ini
dapat dibaca sebagai berikut:
Dalam
setiap pengetesan, hasil tes yang kita peroleh merupakan fungsi penjumlahan
dari skor Murni dan Error. Tes dapat dikatakan reliabel jika Tes menghasilkan
error yang kecil, sehingga hasil tes makin mencerminkan kapasitas yng
sebenarnya (atau X = T).
BAB
II
LANGKAH-LANGKAH
PENGERJAAN
A. Langkah-langkah
Menguji Validitas
Langkah-Langkah
Uji Validitas dengan SPSS, yaitu:
1. Masukan data ke Worksheet SPSS dengan
perintah File/Open/Data
2. Dari menu utama SPSS pilih menu Analyze,
kemudian pilih submenu Corrolate, lalu pilih Bivariate
3. Tampak dilayar tampilan Windows Bivariate
Correlation
4. Isikan data ke Kotak Variabel Yaitu Variabel
Konstruk dan Skor Total
5. Pilih Oke
6. Tampilkan Output SPSS
B.
Langkah-langkah Menguji Reliabilitas
Langkah-Langkah
Uji Reliabilitas dengan SPSS, yaitu:
1.
Masukan data ke Worksheet SPSS dengan
perintah File/Open/Data
2.
Dari menu utama SPSS pilih menu Analyze,
kemudian pilih submenu Scale lalu
pilih
Reliability Analysis
3.
Tampak dilayar tampilan Windows
Reliability Analysis
4.
Isikan data kotak indicator variabel kedalam
kotak Items dan pilih Model Alpha
5.
Pilih tombol Statistics sehingga
tampak dilayar windows Reliability analysis
Statistics
6.
Pilih bagian descriptive for, pilih
item, scala, scala if item deleted dan inter-itemCorelation
7. Pilih
continue dan oke
8. TampilkanOutput
SPSS
BAB
III
OUTPUT
UJI VALIDITAS Dan UJI RELIABILITAS
A. Output
Hasil Uji Validitas
Correlations
[DataSet1] D:\Kampus kuliah (MI)\MI
(semester 2)\statistika bisnis\Data Uji Validitas.sav
Correlations
|
|
|
X1
|
X2
|
X3
|
X
|
X1
|
Pearson Correlation
|
1
|
.924**
|
.960**
|
.986**
|
Sig. (2-tailed)
|
|
.000
|
.000
|
.000
|
N
|
15
|
15
|
15
|
15
|
X2
|
Pearson Correlation
|
.924**
|
1
|
.887**
|
.965**
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
|
.000
|
.000
|
N
|
15
|
15
|
15
|
15
|
X3
|
Pearson Correlation
|
.960**
|
.887**
|
1
|
.971**
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.000
|
|
.000
|
N
|
15
|
15
|
15
|
15
|
X
|
Pearson Correlation
|
.986**
|
.965**
|
.971**
|
1
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.000
|
.000
|
|
N
|
15
|
15
|
15
|
15
|
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
Penjelasan
Hasil Uji Validitas:
Dari
output uji validitas instrumen (data) menunjukkan bahwa keseluruhan item adalah
valid karena memiliki koefisien korelasi (r) ≥0,30 atau dan nilai signifikan dari
seluruh instrumen berada di bawah α = 0,05. Sehingga seluruh item-item dalam
instrumen penelitian ini dapat dipergunakan dalam analisis selanjutnya.
Cara
melihat hasil dari Validitas kita dapat melihatnya di Output pada SPSS dan di
Output Correlations bisa dilihat hasil dengan tanda (*) adalah vallid. Bintang
satu menunjukkan bahwa instrument valid pada 1 kali pengujian dengan taraf
signifikasi 95% (0,05). Bintang 2 (**) menunjukkan bahwa instrument valid pada
2 kali pengujian dengan taraf signifikasi 99% (0,01).
B. Output
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability
[DataSet1] D:\Bahan Kuliah\MI (semester
2)\statistika bisnis\Data Uji Validitas.sav
Warnings
|
The determinant of the covariance
matrix is zero or approximately zero. Statistics based on its inverse matrix
cannot be computed and they are displayed as system missing values.
|
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
|
|
|
N
|
%
|
Cases
|
Valid
|
15
|
93.8
|
Excludeda
|
1
|
6.3
|
Total
|
16
|
100.0
|
a.
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
|
Reliability Statistics
|
Cronbach's Alpha
|
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
|
N of Items
|
.882
|
.987
|
4
|
Item Statistics
|
|
Mean
|
Std. Deviation
|
N
|
X1
|
4.13
|
.915
|
15
|
X2
|
3.13
|
.990
|
15
|
X3
|
4.20
|
.862
|
15
|
X
|
11.47
|
2.696
|
15
|
Inter-Item Correlation Matrix
|
|
|
X1
|
X2
|
X3
|
X
|
|
X1
|
1.000
|
.924
|
.960
|
.986
|
|
X2
|
.924
|
1.000
|
.887
|
.965
|
|
X3
|
.960
|
.887
|
1.000
|
.971
|
|
X
|
.986
|
.965
|
.971
|
1.000
|
|
Item-Total Statistics
|
|
Scale Mean if Item Deleted
|
Scale Variance if Item Deleted
|
Corrected Item-Total Correlation
|
Squared Multiple Correlation
|
Cronbach's Alpha if Item Deleted
|
X1
|
18.80
|
20.171
|
.980
|
.
|
.831
|
X2
|
19.80
|
19.743
|
.948
|
.
|
.828
|
X3
|
18.73
|
20.781
|
.960
|
.
|
.844
|
X
|
11.47
|
7.267
|
1.000
|
.
|
.971
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Scale Statistics
|
Mean
|
Variance
|
Std. Deviation
|
N of Items
|
22.93
|
29.067
|
5.391
|
4
|
Penjelasan
Hasil Uji Reliabilitas:
Dari
output uji reliabilitas menunjukkan nilai koefisien alpha (α) dari
seluruh item instrumen ≥0,60
berarti semua item data (instrumen) dapat dipercaya keandalannya. Dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir (item) yang digunakan adalah reliabel oleh
karena itu, kusioner yang digunakan dapat dikatakan layak sebagai instrumen
untuk melakukan pengukuran.
Jadi,
reliabilitas apkah sama dengan keajegan? Jika kita melihat permasalahan ini
dari kacamata asumsi yang mendasari pemikiran reliabilitas diatas, maka reliabel
= ajeg. Tentu saja dengan persyaratan yang mustahil untuk dipenuhi tadi. Tapi
jika dilihat dalam konteks aplikasinya, reliabilitas tidak selau sama dengan
keajegan, tergantung dari pendekatan mana yang digunakan untuk mengestimasinya.
Mungkin
akan lebih aman jika kita menyebut reliabillitas sebagai “tingkat kepercayaan”,
seberapa jauh hasil tes dapat dipercaya. Suatu instrument dikatakn reliabel
(andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu kewaktu.
Uji reliabilitas
dilakukan dengan membandingkan butir Alpha item setiap butir variabel dengan
Alpha. Jika Alpha item lebih kecil dari Alpha maka butir variabel telah
reliabel. Tapi jika Alpha item lebih besar dari Alpha maka butir tersebut tidak
reliabel.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam
prosedur konstruksi atau penyusunan test, sebelum melakukan estimasi terhadap
reliabilitas dan validitas, dilakukan terlebih dahulu prosedur item yaitu
dengan menguji karakteristik masing-masing item yang akan menjadi bagian tes
yang bersangkutan. Item-item yang tidak memenuhi persyaratan tidak boleh
diikutkan sebagai bagian dari test.
Pengujian
reliabilitas dan validitas hanya layak dilakukan terhadap kumpulan item-item
yang telah dianalisis dan diuji. Beberapa teknik seleksi yang biasanya
dipertimbangkan dalam prosedur seleksi adalah adalah koefisien korelasi
item-total, indeks reliabilites item, dan indeks validitas item. Pada tes yang
dirancang untuk mengungkap abilitas kognitif dengan format item pilihan ganda,
masih ada karakteristik item yang seharusnya juga dianalisis seperti tingkat
kesukaran item dan efektivitas distraktor. Salah satu parameter fungsi
pengukuran item yang sangat penting adalah statistic yang memperlihatkan
kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi tes secarakeseluruhan yang dikenal
dengan istilah konsistensi item-total.
Dasar
kerja yang digunakan dalam analisis item dalam hal ini adalah memilih item-item
yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur test seperti dikehendaki penyusunnya. Dengan kata
lain adalah memilih item yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur
oleh tes secara keseluruhan.
Pengujian
keselarasan fungsi item dengan fungsi ukur tes dialakukan dengan menghitung
koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi
skor total tes itu sendiri. Prosedur ini akan menghasilkan koefisien korelasi
item total (r it) yang juga dikenal dengan sebutan parameter daya beda item.
BAB
I
TEORI
UJI BEDA (t-TES)
A. Pendahuluan
Dalam
analisis dependensi kita sering diperhadapkan dengan analisis data yang ingin
melihat hubungan antara variabel independent (yang bersifat kategori atau skala
non-metrik) dan variabel dependent (yang bersifat kontinyu, metrik yangberskala
interval dan rasio). Alat uji statistika yang cocok untuk masalah tersebut
tergantung dari jumlah kategorik dari variabel independent. Alat uji yang
sering digunakan adalah Uji Beda Satu Sampel (One-Sample t Test). Oleh
karena ini, pokok bahasan ini akan mengkaji pengujian statistika dengan menggunakan
uji beda 60 (t-Tes) yang meliputi: pengertian dan kegunaan; menghitung uji beda
(t-Tes) baik satu sampel maupun dua sampel; dan pengolahan data dengan uji beda
(t-Tes) serta menginterprestasikan hasil pengolahan data dengan menggunakan
sofware SPSS.
Analisis
komparatif atau analisis komparasi atau uji beda adalah bentuk analisis
variabel (data) untuk mengetahui perbedaan diantara dua kelompok data
(variabel) atau lebih. Analisis komparatif atau uji perbedaan ini sering
disebut uji signifikansi. Terdapat dua jenis komparatif, yaitu komparatif
antara dua sampel dan komparatif k sampel (komparatif antara lebih dari dua
sampel). Kemudian setiap model komparatif sampel dibagi menjadi dua jenis,
yaitu sampel yang berkolerasi (terkait) dan sampel yang tidak berkolerasi atau
independen (Misbahuddin, 2013).
Sampel
dikatakan berkolerasi (terkait) apabila sampel-sampel tersebut satu sama lain
tidak terpisah secara tegas (nonmutually exclusive), artinya anggota sampel
yang satu ada yang menjadi anggota sampel lainnya. Sampel-sampel dikatakan
independen (saling lepas) apabila sampel-sampel tersebut satu sama lain
terpisah secara tegas, artinya anggota sampel yang satu tidak menjadi anggota
sampel lainnya (Hasan, 2010).
Dalam
kasus satu sampel, uji parametrik yang digunakan adalah t-test untuk membedakan
antara rata-rata nilai sampel pengamatan (observed) dengan nilai rata-rata yang
diharapkan (populasi). Uji t mengasumsikan bahwa populasi teristribusi normal
atau skore sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Interpretasi
dari uji t mengasumsikan bahwa variabel diukur paling tidak dengan skala
interval (Ghozali, 2006).
Uji
statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terkait.
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama
dengan nol, atau:
H0:bi
= 0
Artinya,
apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau:
Ha:
bi ≠ 0
Artinya,
variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen. Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statitik t.statistik t
dihitung dari formula sebagai berikut:
t = (bi
– 0)/S = bi/S
Dimana S = deviasi standar, yang
dihitung dari akar varians. Varians atau S2 diperoleh dari SSE dibagi dengan
jumlah derajat kebebasan (degree of freedom). Dengan kata lain:
Dimana n = jumlah observasi; k=
jumlah parameter dalam model, termasuk intercept.
Menurut
Riduwan dan Sunarto (2011), analisis perbandingan satu variabel bebas dikenal
dengan Uji t atau t test. Tujuan Uji t adalah untuk mengetahui perbedaan
variabel yang dihipotesiskan. Uji t ini mempunyai dua rumus yang dapat
digunakan, yaitu:
Standar deviasi populasi diketahui,
menggunakan rumus Z hitung.
Zhitung =
Harga yang dihitung dan menunjukkan nilai standar deviasi pada
distribusi
normal (tabel Z)
x =
Rata-ratanilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data.
N =
Jumlah Populasi penelitian
μ0 =
Rata-rata nilai yang dihipotesiskan
σ =
Standar deviasi populasi yang telah diketahui
Standar deviasi sampel tidak
diketahui, menggunakan rumus t hitung
t hitung =
Harga yang dihitung dan menunjukkan nilai standar deviasi pada
distribusi
normal (tabel t)
x =
Rata-ratanilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data.
N =
Jumlah Populasi penelitian
μ0 =
Rata-rata nilai yang dihipotesiskan
S =
Standar deviasi populasi yang telah diketahui
Kuncoro (2004) memberikan pendapat tentang cara melakukan
uji t adalah dengan cara sebagai berikut:
1.) Quick Look. Bila jumlah degree of
freedom adalah 20 atau lebih, dan dengan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka
H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam
nilai absolut). Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternatif, yang
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen.
2.) Membandingkan nilai statistik t
dengan titik kritis menurut tabel: apanila nilai statistik t hasil perhitungan
lebih tinggi dibanding nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif, yang
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen.
B. Pengertian Uji Beda Satu Sampel dan Dua Sampel
1. Uji Beda Satu Sampel (One-tailed Test)
Uji
Beda Satu Sampel (One-tailed Test) adalah adalah menguji suatu nilai
tertentu yang diberikan sebagai pembanding berbeda secara nyata ataukah tidak
dengan rata-rata sebuah sampel. Bentuk pernyataan hipotesis yang daerah
penolakannya hanya berada pada satu sisi saja dari kurva normal. Jika daerah
penolakan berada pada sisi kanan maka disebut uji beda satu arah (One-tailed
Test) positif, karena hasil hitungnya selalu positif. Selanjutnya apabila
daerah penolakan berada pada sisi kiri maka disebut uji beda satu arah (One-tailed
Test) positif, karena hasil hitungnya selalu Negatif.
2. Uji Beda Dua
Sampel (Two tailed Test)
Uji
Beda Dua Sampel (Two tailed Test) adalah Uji Beda Dua Sampel (Two Sample t
Test) adalah Membandingkan rata-rata dua group yang berhubungan satu dengan
yang lain (independent Sampel t test) atau Menguji dua sampel yang berpasangan
(Paired Sampel t test), Apakah kedua grup tersebut mempunyai ratarata secara Nyata/Signifikan.
Bentuk hipotesis yang akan menolak Ho pada dua daerah penolakan, yaitu Ho akan
ditolak apabila nilai hitung (thitung) lebih kecil dari daerah kritis negatif
(kiri) atau lebih besar dari titik kritis positif (kanan). Daerah penerimaan
atau penolakan Ho uji beda satu sampel dan dua sampel.
Gambar
6.1 Daerah penerimaan atau penolakan Ho uji beda satu sampel
Gambar
6.2 Daerah penerimaan atau penolakan Ho uji beda dua sampel
C. Uji Beda Satu
Sampel (One-Sample t Test)
Prosedur
Pengujian Uji Beda Satu Sampel (One-Sample t Test) adalah :
Karakteristik: Dipergunakan untuk menguji data sampel yang mempunyai rata-rata
yang masih sama dengan populasinya atau masih sama dengan nilai standarnya.
Dalam pengujian ini varians
2 tidak diketahui,
dihitung :
Data: Susun data
X1, X2,......Xn, (Sebaiknya dalam bentuk kolom)
kemudian hitunglah rata-rata x serta S2.
Tentukan besarnya n (sampel).
Asumsi :
1. Data Xi
menebar mengikuti sebaran normal
2. Nilai
diketahui (sebagai standar pembanding)
3.
2 tidak diketahui
dan harus diduga dengan S2
Hipotesis Nol : Ho : X =
(Penggunaan Tabel t/Sig. t sebagai pembanding)
Uji Statistika :
thitung =
(
=
Kaidah Keputusan :
Jika Ha: X >µ
Tolak Ho apabila thitung> tα atau sig.
t < α
Jika Ha: X <µ⟹Tolak
Ho apabila thitung< -tα atau sig. t < α
Jika Ha: X ≠µ⟹Tolak
Ho apabila thitung> tα/2 atau sig. t < α
D. Uji Beda Dua Sampel (Two
Sample t Test )
Uji
beda t-test dua sampel digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t- tes dilakukan
dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar
error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau formulasinnya sbb:
Selanjutnya
dalam pengujian Uji beda t-test dua sampel dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1.
Uji Independent Sampel t Test (Uji Dua Sampel Independent/ Unpaired) yaitu
membandingkan rata-rata dari dua grup (sampel) yang tidak berhubungan satu
dengan yang lainnya. Apakah kedua grup (sampel) mempunyai rata-rata yang sama
atau tidak.
2.
Uji Dependent Sampel t Test (Uji Dua Sampel Dependent/Paired) yaitu menguji dua
sampel yang berpasangan apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda
atau tidak.
BAB
II
LANGKAH
PENGERJAAN UJI BEDA (t-TES)
Uji Beda Satu Sampel (One-Sample t-Test)
1.
Contoh Kasus 1:
Langkah-langkah
uji beda satu sampel (One-SAmple t Test) dengan SPSS Yaitu:
1. Masukan
data ke Worksheet SPSS dengan perintah File/Open/Data
2. Dari
menu utama SPSS pilih menu Analyze, kemudian pilih submenu Compare
Means, lalu pilih One-Sample t-Test
3. Tampak
dilayar tampilan Windows One-Sample t-Test
4. Isikan data ke Kotak Test
Variabel Yaitu Produktivitas, lalu Ketik angka standar yang ditetapkan pada
test Value
5.
Pilih Oke
6. Tampilkan Output
SPSS
2. Contoh kasus 2:
Seorang
mahasiswa Jurusan Manajemen melakukan observasi apakah pretasi belajar
mahasiswa bebas tes sama dengan prestasi belajar mahasiwa yang mengikuti tes.
Berdasarkan kondisi empiris yang terjadi, maka dugaan sementara oleh mahasiswa
yang melakukan observasi tersebut bahwa “Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara pretasi belajar mahasiwa yang bebas tes dan yang mengikuti
tes”. Untuk kepentingan pengujian penarikan sampel secara Jugmend atas 17
orang mahasiswa. Data yang diperoleh atas pengukuran pretasi belajar melalui
Indeks Prestasi Komulatif (IPK) dalam kurun waktu 2 semester terakhir sebagai
berikut:
Rekapitulasi
Data Hasil Observasi:
Sampel
|
Status Mahasiswa (X)
|
IPK (Y)
|
1
|
BT
|
2,86
|
2
|
TBT
|
3,65
|
3
|
TBT
|
3,12
|
4
|
BT
|
2,45
|
5
|
TBT
|
1,67
|
6
|
TBT
|
3,89
|
7
|
TBT
|
4
|
8
|
BT
|
3,25
|
9
|
TBT
|
2,45
|
10
|
BT
|
2,78
|
11
|
BT
|
1,78
|
12
|
BT
|
3,24
|
13
|
TBT
|
2,5
|
14
|
BT
|
2,64
|
15
|
TBT
|
3,55
|
16
|
BT
|
2,24
|
17
|
TBT
|
3,46
|
Nama Variabel
|
Tipe Data
|
Label
|
Status Mahasiswa
|
Numerik/Kategorik/Nominal Kualitatif
|
1 = BT (Bebas Tes)
|
2 = TBT (Tidak Bebas Tes)
|
Prestasi Belajar
|
Numerik/Rasio (Kuantitatif)
|
Indeks Prestasi Komukatif (IPK)
|
Diminta: a.
Lakukan perhitungan Uji Beda (t-Tes) melalui software SPSS
b.
Interprestasikan dan simpulkan output dari hasil pengujian dengan level
of signifikan α
= 0,10 (10%)
Langkah-langkah uji
beda satu sampel (One-Sample t Test) dengan SPSS Yaitu:
1. Masukan
data ke Worksheet SPSS dengan perintah File/Open/Data
2. Dari
menu utama SPSS pilih menu Analyze, kemudian pilih submenu Compare
Means, lalu pilih One-Sample t-Test
3. Tampak
dilayar tampilan Windows One-Sample t-Test
4.
Isikan data ke Kotak Test Variabel Yaitu
IPK, lalu Ketik angka standar yang ditetapkan pada test Value
5.
Plih Oke
6. Tampilkan
Output SPSS
BAB
III
OUTPUT
UJI BEDA (t-TES)
Output
Uji Beda (t-TES) Kasus 1
T-Test
[DataSet1]
D:\Bahan Kuliah\MI (semester 2)\statistika bisnis\Data Uji t-TES Kasus 1.sav
One-Sample Statistics
|
|
N
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
Produktivitas
|
16
|
32.69
|
2.442
|
.610
|
One-Sample Test
|
|
Test Value = 32
|
|
t
|
df
|
Sig. (2-tailed)
|
Mean Difference
|
95% Confidence Interval of the Difference
|
|
Lower
|
Upper
|
Produktivitas
|
1.126
|
15
|
.278
|
.688
|
-.61
|
1.99
|
Penjelasan :
Hasil pengolahan data tingkat
produktivitas pada varitas baru menunjukkan nilai sig. T (2-tailed) sebesar
0,278 >
0,05 atau nilai thitung
– 0,987 < ttabel – 1,573 berarti produktivitas varitas baru
tersebut masih dapat dianggap sama dengan standar.
Output
Hasil Uji Beda Kasus 2
T-Test
[DataSet1]
D:\Bahan Kuliah\MI (semester 2)\statistika bisnis\Data Uji T-TES kasus 2.sav
One-Sample Statistics
|
|
|
N
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
|
IPK
|
17
|
2.9135
|
.69027
|
.16742
|
|
One-Sample Test
|
|
Test Value = 32
|
|
t
|
df
|
Sig. (2-tailed)
|
Mean Difference
|
95% Confidence Interval of the Difference
|
|
Lower
|
Upper
|
IPK
|
-173.738
|
16
|
.000
|
-29.08647
|
-29.4414
|
-28.7316
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penjelasan:
Hasil pengolahan data IPK pada varitas
baru menunjukkan nilai sig. T (2-tailed) sebesar 0,000 <
0,05 atau nilai thitung
– 0,987 < ttabel – 1,573 berarti IPK varitas baru tersebut dapat dianggap
kurang dengan standar.
IV
KESIMPULAN
Uji beda dikenal juga dengan nama
uji-t (t-test ). Konsep dari uji beda adalah membandingkan nilai
rata-rata beserta selang kepercayaan tertentu (confidenceinterval) dari dua
populasi. Prinsip pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan variasikedua
kelompok data. Oleh karena itu dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah
varian kedua kelompok yang diuji sama atau tidak. Varian kedua kelompok data
akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan membedakan rumus
pengujiannya.Dalam menggunakan uji-t ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat/asumsi utama yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji-t adalah data
harus berdistribusi normal.Jika data tidak berdistribusi normal, maka harus
dilakukan transformasi data terlebih dahulu untuk menormalkan distribusinya.
Jika transformasi yang dilakukan tidak mampu menormalkan distribusi data
tersebut, maka uji-t tidak valid untuk dipakai, sehingga disarankan untuk
melakukan uji non-parametrik seperti Wilcoxon (data berpasangan)
atauMann-Whitney U (datindependen).Berdasarkan karakteristik datanya maka uji
beda dua rata-rata dibagi dalam dua kelompok, yaitu: uji beda rata-rata
independen dan uji beda rata-rata berpasangan.
Uji beda itu baru bisa kalau data
yang digunakan itu data yang tipenya kuantitatif. Uji beda ada
pembagian-pembagiannya antara lain:
1. Uji T untuk menguji rata-rata pada
satu kelompok sampel disebut one sampel T Test. nah pengujian ini dilakukan
antara lain untuk menguji homogenitas data, dan dapat juga digunakan untuk
mengetahui signifikasi perbedaan rata-rata suatu kelompok sampel dengan nilai
pembanding yang ditetapkan.
2. Uji T untuk mengetahui perbedaan
rata-rata dua sampel yang saling bebas atau Independent Sample T-Test. Melalui
pengujian ini, dapat diketahui signifikansi perbedaan rata-rata dua kelompok
sampel yang saling tidak berhubungan.
3. Uji T mengetahui perbedaan rata-rata
dua sampel yang berhubungan atau berpasangan (Paired Sample T-Test). Melalui
pengujian ini dapat diketahui signifikansi perbedaan rata-rata dua kelompok
sampel yang saling berhubungan.
BAB I
ANALISIS KORELASI DAN REGRESI
A.
Pendahuluan
Istilah
”Regresi” pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun1886.
Galton menemukan adanya tendesi bahwa orang tua yang memiliki tubuh tinggi. memiliki
anak-anak yang tinggi pula begitu pula sebaliknya. Subyek analisis regresi
mempelajari hubungan antara variabel dengan tujuan untuk membentuk suatu model
untuk kepentingan peramalan. Pokok bahasan analisis regresi akan dijelaskan
pengertian dan kegunaan analisis regresi; metode perhitungan analisis resgresi
dan asumsi-asumsi yang mendasari; pengolahan data menggunakan analisis regresi
serta penginterprestasian output dengan sofware MS Excel dan SPSS.
B. Pengertian
dan Kegunaan Analisis Regresi
Analisis
regresi adalah suatu persamaan matematika yang mendefinisikan hubungan antara
dua variabel. Tujuan analisis regresi yaitu memprediksi besarnya variabel
tergantung dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui
besarnya.
Bentuk
persamaan regresi dengan dua variabel indenpenden adalah:
Y
= a + b1 X1 + b2 X2
Bentuk
persaman regresi dengan 3 veriabel independen adalah
Y
= a + b X1 + b2 X2 + b3 X3
Bentuk
umum persamaan regresi untuk k variabel indendent dapat dirumuskan:
Y
= a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + … + bk Xk
Persamaan
untuk mendapatkan koefisien regresi pada prinsipnya menggunakan metode ordinary
least square(OLS) adalah meminimumkan jumlah kuadrat deviasi di sekitar
garis regresi. Nilai koefisien regresi a. b1. dan b2 dapat dipecahkan secara
simultan dari tiga persamaan berikut:
C.
Validitas Model dan Prosedur analisis
Regresi
Analisis
regresi memiliki validitasi model yang dapat dibedakan atas tiga yaitu:
1.
Akurasi model : Koefisien determinasi.
R2. semakin besar semakin akurat untuk kepentingan prediksi.
2.
Ketelitian model : P-Value uji F pada
ANOVA (Uji koefisien serempak) untuk kepentingan generalisasi hasil prediksi)
dan P-Value uji t (uji koefisien regresi secara parsiil) untuk kepentingan
generalisasi eksplanasi.
3.
Pemilihan Model : Akaike Information
Criterion. semakin kecil semakin baikScharz Criterion. semakin kecil semakin
baik R2 adjusted. semakin besarsemakin baik.
Analisis korelasi adalah suatu teknik
statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara
dua variabel atau lebih. Dalam analisis korelasi dikenal ada dua jenis hubungan
yaitu positif dan negatif.
Rumus Untuk
Menentukan Koefisien Korelasi
Rumus koefisien
korelasi tersebut dinyatakan sebagai berikut:
Koefisien
determinasi (r2)
Dalam analisis
korlasi juga penting untuk menentukan koefisien determinasi yaitu bagian dari
keragaman total variabel tak bebas Y (variabel yang dipengaruhi atau dependent)
yang dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman variabel bebas X
(variabel yang mempengaruhi atau independent).
Koefisien
determinasi = r2
D.
Tujuan
analisis
Regresi
bertujuan mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. juga
menunjukan arah hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent.
Teknik estimasi variabel dependent yang melandasi analisis regresi yang disebut
Ordinary Least Square (OLS) (pangkat kuadrat terkecil). Metode OLS
diperkenalkan pertama kali oleh Carsl Freidrich Gauss. seorang ahli matematik
dari Jerman. Inti metode OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan
jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap
garis tersebut. Hasil regresi adalah berupa koefisien dari masing-masing
variabel independent. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel
dependent dengan suatu persamaan. Secara ringkas analisis regresi mempelajari
sejauh mana variabel respon(Y) bergantung pada variabel predikator (X).
korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara
dua variabel. Korelasi tidak menunjukan hubungan fungsional atau dengan kata
lain analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependent dengan
variabelindependent.
BAB II
PENGUJIAN KORELASI
A.
Korelasi Menggunakan Ms Excel
LangkahpengujiankorelasimenggunakanMs,
Excel :
1. Masukkan
data pada Tabel
2. Selanjutnya
masukkan rumusnya seperti gambar dan setelah itu tekan enter
B.
Regresi Menggunakan
SPSS
LangkahpengujianRegresimenggunakanSPSS :
1. Isi
semua data tabel spss
2. Selanjutnya
Ikuti langkah sebagai berikut ;
3. Untuk
selanjutnya Plots , Y Memakai Dependnt dan X Zresid lalu Histogram dan
Normalprobality di centang keduanya lalu
klik Continue seperti gambar dibawah ini
4. Setelah
klik Continue tadi maka kliklah Statistics yang berada diatas plots , Lalu pada
Statistics Centang descriptives an klik continue
5. Selanjutnya
klik Save dan pilih Unstandarized
Setetlah itu klik Ok dan tunggu
outputnya
BAB III
OUTPUT KORELASI DAN REGRESI
A.
Korelasi
B. Regresi
BAB IV
Kesimpulan
Korelasi merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang satu dapat
mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain, Misalnya kejadian X mempengerahui
kejadian Y. Apabila dua variable X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variable
X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memperkirakan/menaksir atau
meramalkan Y. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan/taksiran mengenai
terjadinya suatu kejadian(nilai suatu variabel) untuk waktu yang akan datang.
Variable yang nilainya akan diramalkan disebut variable tidak bebas (dependent
variable), sedangkan variabel C yang nilainya dipergunakan untuk meramalkan
nilai Y disebut variable bebas (independent variable) atau variable peramal
(predictor) atau seringkali disebut variable yang menerangkan (explanatory).
Jadi jelas analisis korelasi ini memungkinkan kita untuk mengetahui suatu di
luar hasil penyelidikan, Salah satu cara untuk melakukan peramalan adalah
dengan menggunakan garis regresi. Untuk menghitung parameter yang akan dijadikan
dalam penentuan hubungan antara dua variabel, terdapat beberapa cara, yaitu:
koefisien detreminasi, koefisien korelasi. Apabila terdapat data berkelompok
menggunakan koefisien data berkelompok dan bila menggunakan data berganda
maksudnya variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat ada dua, maka
menggunakan koefisien berganda.Sedangkan regeresi di bagi menjadi dua, yaitu
regresi linier dan regresi non linier. Dimana regresi linier juga dibagi
menjadi dua yakni regresi linier sederhana dan regresi linier berganda.